MENULIS ITU MUDAH
Nara Sumber :
Dr. Ngainun Naim
Mederator : Aam Nur Hasanah
Penulis resume : Abdul Gofur
Pertuan Ke : 10
Belajar menulis PGRI angkatan 22
Har/Tanggal
: 25 November 2021
Sapaan dari Moderator yang sangat menyejukkan hati, yang
mampu menggugah semangat, yang mempu menghilangkan rasa letih setelah seharian
beraktifitas, beliyau adalah yang Seorang
ibu muda yang memeliki seabrek prestasi di berbagai bidang, dengan spaan
,’’selamat malam bapak ibu hebat diseluruh tanah air,” subhanallah ini sapaan
yang luar biasa, yang menjadikan semua yang disapa menjadi tersanjung timbul
semangat yang luar biasa. Terima kasih ibu karena ucapan itu adalah do’a semoga
dengan sapaan yang luar biasa ini Allah subhanallahut’ala menjdikan kami semua
benar benar menjadi orang yang hebat dalam semua bidang.
Beliyau mengingatkan kepada seluruh peserta agar mengisi
absen dan berdo’a sejenak, semoga kuliah malam ini berjalan dengan lancer, tiada
halangan suatu apapun sampai selesai dan tuntas. Amiiin.
Tak terasa malam ini sudah
pertemuan yang ke 10 dan pertemuan kedepan menmjadi syarat untuk diterbitkannya
buku hasil resume kita semua. Semoga kita mampu mewujudkan buku solo dan
semangatnya tak pernah putus meskipun beratnya godaan merasa malas dalam
menulis.
Dan malam ini Nara Sumber kita adalah seorang Dr. dari IAIN
Tulung agung yang sudah memulai karernya
sebagi penulis sejak beliyau di bangku kuliah dan sampai saat ini sudah
berhasil menerbikan karya tulis sebanyak 26, diantara karya tulis beliyau itu
adalah berjudul menulis itu mudah, yang diangkat sebagai judul belajar
menulis pada malam ini, beliaya adalah Dr. Ngainun Naim dari Tulung
Agung.
Setelah ibu Aam memperkenalkan nara sumberkita pada malam
hari ini, beliyau mempersilah kepada Bapak Dr. Ngainun Naim untuk menyampaikan
peparannya, yang berjudul MUNULIS ITU MUDAH.
Tanpa panjang lebar setelah beliyau mengucapkan salam dan
menyapa semua peserta pelatihan menulis PGRI pada malam hari in, beliyau
membuka perkuliahannya dengan sebuah pertsanyaan, ‘’Apa betul menulis itu mudah?
Jawabannya sederhana ,”mudah,’’ kata beliyau., tapi dengan catatan bagi yang
sudah bisa dan terbiasa, dari jawaban yang disampaikan oleh nara sumber
menimbulkan pertanyaan baru bagaima dengan orang orang yang belum bisa belum
terbiasa? Jawabannya tentu sulit
Agar menulis itu mudah dan tidak sulit , yang harus lakukan
adalah
1. Ciptakan pikiran
kita bahwa menulis itu mudah, jadi semua tergantung mendset atau pransangka
kita, hal ini sesuwai dengan firman Allah, yang artinya ,”aku tergantung
prasangka hambaku,” ya kita ciptakan pikiran kita bahwa menulis itu mudah, dan jadikan menulis itu
sebagain budaya.
2. Menulis adaalah
keterampilan Sekolah Dasar. Menulis itu tidak selalu membutuhkan pedidikan yang
tinggi tinggi, keterampilan menulis itu adalah keterampilan sekolah dasar.
Menulis harus dimulai dari keyakinan, tanpa keyakinan, orang
tidak akan bisa menulis, hal yang diperlukan bukan suatu bakat istimewa, tetapi
minat yang besar dan kemauan berlatih. Perpaduan dua hal ini yang bisa membuat seseorang menjadi penulis.
Nah dari inilah jelas bahwa MINAT dan KEMAUAN BERLATIH yang
menjadikan kunci sukses dalam menulis. Jadi pendidikan bukan jaminan.
3. Banyak membaca.
Membaca merupakan SYARAT WAJIB untuk bisa menulis yang baik, rasanya
kecil kemungkinan orang bisa menulis jika tidak memiliki budaya membaca.
Janagan dibayangkan membaca itu sebagai
kerja berat, suntuk dan tidak menarik,
paling hanya 10 – 15 menit dalam sehari bahan bacaannya diulang - ulang
kalau punya waktu senggang tentunya jangan hanya 10 – 15 menit saja tambah banyak
waktunya tyambahkan pula durasi membacanaya sehingga akan lebih banyak modal
yang di punya untuk menulis. Nah kebiasaan membaca inilah yang membuat ide menulis
itu mudah ditemukan dan kemudian dikembangkan. Dari hari kehari kesibukan kita
bukan makin berkurang tetaapi semakin bertambah. Jika menuruti kesibukan kita
tidak akan sempat menulis. Maka kunci untuk mengatasinya
4. LUANGKAN WAKTU,
BUKAN MENUNGGU WAKTU LUANG. Jika kita bisa meluangkan waktun setiap hari
setengah jam untuk menulis dan terus kosisten setiap hari niscaya lama kelamaan
tulisannya akan menjadi semakin bagus dan akan melanhirkan karya tulis
yang luar biasa yang bisa memberikan
manfaat bagi orang banayk dan insyaallah
akan mendatangkan keberkahan untuk penulisnya.
5. Rajin mengamati,
mencatat, dan mengelola menjadi tulisan. Jadi penulis itu harus tajam mengasah
pendengaran dan penglihatan. Bedanya penulis dan bukan penulis itu pada
kemampuan mengangkat hal yang bias menjdi luar biasa. Setelah itu diolah menjdi
tulisan . Jangan berfikir menjdi tulisan yang sempurna, tugas menulis yang
utama it terus berproses menulis. Jika sudah konsisten menulis kwalitas akan
mengikuti. Intinya terus berproses menulis dan terus menulis
6. Belajar menulis
kepada penulis, pengalaman mereka sangat penting buat kta memperkaya
prespektif.
Jadi ada 6 kunci yang harus kita fahami dan praktekkan dalam
kegiatan menulis agar menulis itu mudah
semudah membuat status di medsos. Ayo mulai dari membuat resumi dengan cara mengembangkan
dan bidik sudut terbaik yang menggelitik dihati kita.
Ayo luruskan niat, luangkan waktu untuk menulis dari 24 jam
waktu yang kita miliki, menulislah setiap hari untuk mengasah keterampilan
kita. Jangan malu, jangan takut apalagi jangan rindu karena rindu itu berat. Yang
tidak berat jika kita berusaha untuk terus menulis dan menulis sehingga menghasilkan
sebuag karya , dan karya - karya yang dihasilkan menemukan nasibnya dan
memberikan manfaat untuk orang banyak, buakankah Rosulullah S.A.W telah
bersabda Yang artinya : sebaik – baik diantara kamju adalah yang bermanfaat
bagi yang lainnya.
Adapun tipe penulis menurut Dr, Ngainun Naim dibagi menjadi 5
(lima) tipe
Tipe
pertama adalah mereka yang terus bertahan, berproses, dan menekuni dunia
menulis sejak mulai berkiprah sampai sekarang. Bagi penulis tipe ini, menulis
sudah menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan. Hari-harinya diisi dengan
terus menulis dan menghasilkan karya. Cara kerjanya konsisten.
Penulis
tipe pertama ini tidak kenal musim. Orangnya selalu bisa eksis meskipun zaman
berubah. Karyanya terus saja muncul seolah tidak kenal jeda. Bagi kelompok ini,
tugas penulis adalah menulis dan menulis.
Tipe kedua
adalah penulis musiman. Maksudnya, ia produktif menulis tidak setiap saat
tetapi bergantung kepada momentum. Bagi dosen, mereka baru produktif
menjelang deadline laporan kinerja, deadline laporan
penelitian, dan deadline lainnya. Saat semacam ini mereka
sangat produktif. Setelah tugas selesai, menulis juga berhenti.
Profesi
lainnya juga sama. Bagi tipe ini, dorongan eksternal menjadi penentu kinerja.
Ketika tidak ada dorongan, aktivitas menulis cenderung pasif.
Tipe
ketiga adalah penulis yang pernah produktif. Pada suatu masa, tipe ini sangat
produktif dalam menghasilkan karya. Tulisan demi tulisannya terus saja
bermunculan. Banyak orang yang mengagumi produktivitasnya.
Namun
zaman berubah. Kehidupan penulis tipe ini juga berubah. Produktivitas yang
pernah disandang perlahan mulai surut sampai kemudian hilang sama sekali. Tidak
ada lagi karya yang dihasilkan.
Tentu ada
banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi karena kesibukan kerja,
menulis tidak lagi memberikan keuntungan finansial, kalah dengan kehadiran para
penulis baru, dan banyak sebab lainnya. Karyanya tidak lagi muncul. Namun
demikian masyarakat pernah mengenalnya sebagai seorang penulis yang produktif.
Tipe
keempaat adalah penulis yang pernah muncul dengan karyanya. Mungkin ia pernah
menulis satu atau dua artikel. Bisa juga satu atau dua buku. Setelah itu tidak
lagi ada karya yang terbit. Namun demikian sejarah mencatat bahwa penulis tipe
ini pernah menorehkan karyanya.
Tipe
kelima adalah penulis cita-cita. Ya, cita-citanya menjadi penulis. Namanya juga
cita-cita, belum ada karyanya. Ia masih terus membangun cita-citanya, entah
kapan akan terwujud.
Dalam
perspektif berbeda, penulis buku produktif Nurul Chomaria membagi penulis
menjadi beberapa kuadran. Menurut penulis lebih dari 70 judul buku tersebut,
ada empat kuadran penulis. Kuadran pertama adalah penulis yang mau dan
mampu. Di kuadran kedua, penulis yang tidak mampu tapi mau. Kuadran ketiga
adalah penulis yang mampu tapi tidak mau. Adapun di kuadran keempat, adalah
tidak mampu dan tidak mau. Jika kita sudah memahami di posisi mana kita, maka
kita dapat menentukan langkah.
Baiklah, sekarang
mari kita instropeksi diri kita masing – masing, kita termasuk tipe mana? Masuk kuadran yang mana?
kita lebih tahu. Namun yang lebih penting bukan tahu posisi tetapi apa yang
akan kita lakukan setelah mengetahui posisi diri kita.
Jangan bosan, terus belajar bersama
agar kita bisa sukses bersama
bapak/ibu silahkan maper ke blog saya dan tolong tinggal kritik sarannya. syukron
BalasHapusTerima kasih pak. Ternyata menulis itu mudah. Semudah ceplok telor kata bunda Lilis.
BalasHapusTerima kasih Om Jay atas bimbingan dan komentarnya jazakumullah bi ahsanal jaza'
HapusResume yang lengkap dan rapi pak AG
BalasHapusSemangat
Syukron ibu jazakumullah bi ahsanal jaza'
HapusMantap pak
BalasHapusSyukron
HapusPak AG mantap tulisannya
BalasHapusSyukron ibu
HapusBagus Pak
BalasHapusSyukron ibu jazakumullah
Hapussudah ok mantap tinggal disisipkan flayer saja, jika bingung bisa japri
BalasHapusBaik pak Dail terima kasih jazakumullah
Hapus